Kepada Aku #3

 Hai,

Apa kabar aku?

Aku tahu, selama lebih dari satu tahun ini kamu sedang tidak baik-baik saja. Sejak kepulanganmu dari Kamboja kala itu, kamu masih belum sembuh dengan apa yang menjadi sakitmu. Kamu masih diselimuti rasa kecewa. Kamu masih menyimpan rasa trauma atas kepercayaan yang pernah kamu berikan kepada orang yang salah.

Dan aku tahu, berbulan-bulan ini kamu terus berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja.

Aku tahu, jauh di dalam sana kamu merasa mati. Kamu mengabaikan hal-hal yang seharusnya menjadi prioritasmu karena kamu tak tahu apa yang selanjutnya kamu inginkan terjadi. Kamu hanya menjadi daun mati, yang mengikuti arus air kemana pun ia pergi.

Ialah Wisnu, orang yang membuat semua ini terjadi. Seseorang yang tak penting, lalu tiba-tiba menjadi salah seorang yang berarti karena rahasia yang kamu bagi.

Sebuah rahasia tentang kamu yang pernah ingin pergi. Jauh sebelum segala yang baru ini terjadi.

Padahal itu adalah peristiwa penting yang menjadi penentumu. Sebuah momen dimana kamu berhasil melewatinya sendiri. Sebuah masa dimana kamu berhasil mencegah dirimu mati sebelum waktumu terhenti.

Tetapi baginya, itu hanyalah candaan yang terlalu lucu jika tidak dibagi. Dan yang paling membuatmu sakit adalah saat ia menyuruhmu untuk mencoba mati.

Kepada aku, meski terus terasa sakit, akan sampai kapan kamu akan seperti ini?

Marilah kita menyembuhkan diri bersama. Tak perlu memaafkannya jika itu tak juga menyembuhkanmu. Karena ia sendiri tak pernah merasa bersalah telah mengecewakanmu.

Jika butuh, bencilah ia. Benci, benci, bencilah ia sampai kamu melupakan segalanya. Benci, bencilah Wisnu sampai hatimu penuh dan ingin meledak.

Tetapi kemudian, lepaskanlah…

Lepaskanlah segala yang ada dalam hatimu, dalam pikiranmu dan dalam tangis yang sering kamu abaikan. Lepaskan semua itu dalam sujud kepada Rabb-mu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kepada Aku #2

Kepada Aku #1